Sabtu, 29 Juni 2013

Adiantum cuneatum


A.    Gambar dan klasifikasi Adiantum cuneatum (Paku Kelor)

Domain             : Eukaria
Kingdom           : Plantae
Divisio               : Pteridophyta
Classis                : Filicinae
Subclassis          : Filices
Ordo                  : Marginales
Familia               : Polypodiaceae
Genus                : Adiantum
Spesies               : Adiantum cuneatum
 Sebagai tumbuhan paku-pakuan, paku kelor tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perkembangan generatif (seksual) dilakukan dengan spora yeng sorusnya terletak rapi pada permukaan bawah daun bagian tepi tumbuhan yang sudah dewasa.
 Sorus merupakan kumpulan dari sporangium atau kotak spora di permukaan bawah daun. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium.
2
 
 Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, terkadang bersisik halus ketika dewasa. Daun tumbuh dari rizoma melipat ke arah dalam sebagai indisium melindungi polen. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma. Paku kelor sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus).
Ø  Adiantum ceneatum masuk ke dalam genus Adiantum karena memiliki kesamaan ciri dengan genus ini, yaitu :
ü  Sorus terletak rapi pada permukaan bawah daun
ü  Daun bergerigi dan bergelombang
ü  Mempunyai urat daun yang bentuknya tidak teratur
ü  Daun tumbuh dari rizoma
ü  Tangkai ental berwarna  hitam mengkilap
ü  Akarnya serabut
ü  Batang hitam, mengkilap, berduri, tegak atau setengah tegak
Ø  Adiantum ceneatum masuk ke dalam familia Polypodiaceae karena memiliki kesamaan ciri dengan familia ini, yaitu :
ü Sorus terletak pada tepi atau dekat tepi daun
ü Mempunyai urat daun
ü Daun sebagai indisium melindungi sorus
Ø  Adiantum ceneatum masuk ke dalam ordo Marginales karena memiliki kesamaan ciri dengan ordo ini, yaitu :
ü  Sorus terkumpul pada permukaan bawah daun
ü  Letak sorus rapi pada bagian tepi daun
Ø  Adiantum ceneatum masuk ke dalam subclassis Filices karena kesamaan cirinya yaitu:
ü  Mempunyai berkas pengakut
ü  Daunnya tergulung
ü  Sporangium terbentuk dalam jumlah yang besar pada sisi bawah daun
Ø  Adiantum ceneatum masuk ke dalam classis Filicinae karena memiliki kesamaan ciri dengan ordo ini, yaitu :
ü   Sorus terletak pada bagian permukaan  bawah daun
ü  Memiliki daun yang ukurannya lebih besar
ü  Mempunyai tulang daun
ü  Sporangium tersusun dalam bentuk sorus di permukaan daun






 
 

B.     Karakteristik Adiantum cuneatum
1.      Daun
 
  

 Daun tumbuhan paku kelor bergerigi dan bergelombang serta mempunyai urat daun yang bentuknya tidak teratur, daun tumbuh dari rizoma. Tangkai ental daun berwarna hitam mengkilap dan terkadang bersisik halus ketika dewasa. Daun melipat ke arah dalam sebagai indisium melindungi sorus (kumpulan sporangium).
 Sorus merupakan kumpulan dari sporangium atau kotak spora. Kumpulan dari sorus disebut dengan sori. Sorus dari tumbuhan paku kelor terletak rapi pada permukaan bawah daun bagian tepi tumbuhan yang sudah dewasa.

2.      Akar

4
 
 Paku kelor mempunyai akar serabut bentuknya rimpang tegak, akar sejatinya semakin menaik atau memanjat. Ujung akar dilindungi kaliptra atau tudung akar. Di belakang kaliptra tumbuh berupa sebuah sel yang membentuk sel-sel kaliptra ke arah luar, sedangkan severe menuju ke arah dalam, membentuk sel-sel akar.
3.      Batang

     Batang tumbuhan paku kelor hitam, mengkilat, berduri tegak atau setengah tegak dan dijumpai sisik-sisik yang lunak ataupun keras. Batang bercabang dan berupa rimpang. Ujung batang terdapat jaringan meristematik yang membentuk akar dan batang.
·         Struktur batang
a.       Epidermis : terdapat jaringan penguat
b.      Korteks : banyak mengandung ruang antar sel
c.       Silinder pusat : terdiri atas xilem dan floem yang membentuk berkas pengangkut yang konsentris.

4.       Reproduksi
 Spora terbentuk di dalam kotak spora atau sporangium sebagai alat reproduksi dan terkumpul di dalam sorus. Sorus paku kelor berbentuk bulat dan di lindungi oleh selaput yang disebut indisium dan terletak di tepi daun terlipat ke bawah dan mempunyai anulus sebagai mekanisme pengeluaran spora. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat.
5.      Habitat
Habitat tumbuhan paku kelor di atas tanah, sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus).

6.      Peranan
Dijadikan sebagai tanaman hias yang bisa di tanam di dalam ruang atau di luar ruang. Tumbuhan ini sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus).  Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi di sukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Daun Adiantum cuneatum berkhasiat untuk pelancar air seni dan akarnya berkhasiat sebagai obat cacing. Daun Adiantum cuneatum mengandung saponin, flavonoida dan tanin, sedangkan akarnya mengandung saponin. 

C.     Metagenesis Adiantum ceneatum

 Siklus hidup paku kelor dimulai dari tumbuhan yang sudah dewasa yaitu di tandai dengan jatuhnya spora yang telah matang, atau keluarnya spora dari sporangium. Apabila spora jatuh di tempat yang cocok, maka spora itu akan tumbuh menjadi suatu badan atau lembaran hijau yang disebut protalium. Protalium biasanya berklorofil sehingga bisa berasimilasi.
Untuk mengambil makanan dari dalam tanah protalium akan menggunakan rhizoidnya. Dari protalium akan terbentuk gamet, yakni berupa anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang menghasilkan sel telur. Selanjutnya dengan media udara yang ada di sekitar protalium, spermatozoid akan bergerak menuju arkegonium.
Pertemuan dua sel kelamin akan menghasilkan zigot. Kemudian zigot akan terus berkembang membelah diri dan akhirnya dan akhirnya terbentuk sporofit muda. Sporofit muda inilah yang akan tumbuh terus menjadi tumbuhan paku.






BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembuatan makalah saya yang berjudul “Adiantum ceneatum” adalah bahwa spesies ini merupakan tumbuhan paku yang manfaatnya di jadikan sebagai tanaman hias, spesies ini sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus).
Daun paku kelor bergerigi dan mempunyai urat daun yang tidak teratur. Letak sorusnya berada di permukaan bawah daun pada bagian tepi daun dan tersusun secara rapi. Batangnya berwarna hitam, mengkilat, berduri, tegak atau setengah tegak dan di jumpai sisik-sisik. Paku kelor mempunyai akar serabut bentuknya rimpang tegak, ujung akar dilindungi kaliptra atau tudung akar.
Reproduksinya generatif dengan spora yang dihasilkan dari sporangium, kumpulan dari sporangium disebut sorus dan dilindungi oleh selaput yang disebut indisium, terletak di tepi daun terlipat ke bawah.
Saya mengklasifikasikan spesies ini berdasarkan persamaan ciri-cirinya, sehingga dapat ditemukan genus dari spesies ini sampai dengan domainnya.

B.     SARAN
Spesies Adiantum ceneatum merupakan tanaman hias yang perlu di lestarikan keberadaannya, spesies ini menyukai tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen yang tinggi bagus untuk spesies ini, pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
 Pemeliharaan spesies ini sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami paku kelor tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat dengan rizoma dan memberi sedikit media tumbuh-tumbuhan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul.



DAFTAR PUSTAKA

 
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Identifikasi Pteridphyta

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormusartinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara
Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi 5 meter, sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut. Sebagai tambahan terhadap berbagai jenis terrestrial yang tampak khas, banyak paku (terutama paku sarang burung)tumbuh di atas pohon dan batu karang.
Sebagian besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra (tudungakar). Batang pada sebagian besar paku tidak terlihat karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi, ada pula tumbuhan paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun).
Total spesies tumbuhan paku yang diketahui sekitar 10.000 (diperkirakan 3.000 diantaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuhan paku tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan paku cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas. Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagai epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), dari kawasan pantai sampai di daerah pegunungan tinggi.
Daun pada tumbuhan paku tampak jelas. Tumbuhan paku daunnya selalu melingkar dan bergulung pada usia muda. Tumbuhan berpembuluh tidak berbiji memiliki dua macam bentuk daun, yaitu daun yang tidak mengandung spora (tropofil), dan daun yang mengandung spora (sporofil). Di bagian bawah sporofil terdapat banyak bulatan kecil berwarna kecokelatan.
Bulatan tersebut berkumpul membentuk struktur yang disebut sorus (jamak : sori). Setiap sorus terdiri atas banyak kotak spora yang disebut sporangium. Selain terdapat pada sorus, sporangium juga terkumpul pada strobilus dan sporokarpium. Strobilus ini merupakan sporangium yang membentuk struktur seperti kerucut. Sorus yang masih muda akan terlindungi oleh indusium.
Seperti akar dan batang (rizoma) tumbuhan paku terdapat di bawah tanah, akarnya berbentuk serabut dan pada ujungnya terdapat kaliptra, ingatlah kembali fungsi kaliptra! Daun-daunnya tumbuh keatas dari rizoma. Akan tetapi, ada beberapa jenis tumbuhan paku yang batangnya muncul di atas tanah, misalnya Cyathea, Psilotum, dan Alsophyla. Seperti yang Anda temukan tumbuhan paku ini mempunyai bentuk, ukuran, dan susunan daun yang beranekaragam.
Ciri khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya ada yang kecil yang disebut dengan  mikrofil, ada pula yang berukuranbesar yang disebut dengan makrofil. Pada umumnya mikrofil pada tumbuhan paku berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda. Sedangkan untuk makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging daun (mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
Terbagi menjadi beberapa kelas :
1.      Psilophytinae
Paku yang paling primitif, beum ditemukan adanya daun sehingga sering disebut paku telanjang.
Terbagi menjadi beberapa ordo :
a.       Psilophytales
Golongan tumbuhan paling rendah, belum diketemukan daun ataupun akar. Tetapi batang sudah mempunyai berkas pembuluh.
Suku : Rhyniaceae, asreroxylaceae


b.      Psitoteles
Tumbuhan paku yang bnetuk tubuhnya berupa terna dengan percabangan menggarpu, belum terdapat akar tapi sudah mempunyai mikrifill yang belum memiliki pertulangan ditemukan di tanah-tanah yang lembab.
Suku : Psilophytinaceae
2.      Lycopodinae
Sudah mempunyai batang dan akar yang bercabang menggarpu yang daun serupa rambut atau sisik dan duduk daunnya tersebar.
Lycopodinae terbagi menjadi ordo :
a.       Lycopodiales
Merupakan terna dengan batang memiliki berkas pembuluh angkut yang masih
sederhana dan akar membentuk percabangan menggarpu, sudah adanya daun yang berbentuk rambut atau jarum.
b.      Selaginellales
Batang membentuk percabangan menggarpu, di batang sudah ada mikrofil yang tersusun secara spiral, dan pada mikrofil ini sudah ditemukan tulang daun.
c.       Lepidodendrales
Batang yang sudah menunjukkan pertumbuhan sekunder dan terdapat daun dengan bnetuk rambut yang telah membentuk berkas pengangkut sederhana.
d.      Isoetales
Tumbuhan terna dengan batang berbentuk umbi, mengalami pertumbuhan sekunder dan jarang ditemukan bercabang.

3.      Equisetinae
Merupakan tumbuhan terna mempunyai daun menyerupai sisik dengan susunan berkarang, susunan batangnya beruas dengan sporangium tersusun stobilus yang bentuk menyerupai ekor kuda.
Terbagi menjadi ordo :
a.       Equisetales
Memunyai rimpang yang umbuh di dalam tanah dengan percabangan tegak, mikrofil yang mengandung klorofil termasuk batangnya. Sporofil terumpul dan membentuk kerucut pada ujung batang.
b.      Sphenophyllales
Daun mengalami percabangan menggarpu dan berbentuk pasak dengan susunan berkarang.
c.       Protoarticulatales
Berupa semak-semak kecil dengan percabangan menggarpu dengan daun tersusun berkarang, sporofil tidak tersusun teratur karena terletak pada percabangan sendiri-sendiri dan sporangium bergantung.
4.      Filicinae
Mempunyai daun yang berukuran besar dengan duduk daun menyirip. Daun mudanya selalu menggulung dengan sporangium terbentuk di bawah permukaan daun.